Rabu, 17 Juni 2009

Lestarikan Kesenian Bakuntaw

Dua pria berusia lanjut bergerak lincah. Diiringi musik gamelan gerakannya cukup dinamis. Namanya gerakan mengunci. Seperti adegan orang yang sedang bertarung, mereka saling serang dengan tangan kosong. Penonton pun bersorak.

Selanjutnya, pemain yang kalah harus keluar dari arena pertarungan, digantikan pemain lainnya. Sebelum bertanding keduanya bersalaman terlebih dahulu. Itulah bagian dari permainan seni beladiri kuntaw, di Taman Putri Junjung Buih, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSU), Senin (15/6).

Pagelaran seni beladiri kuntaw se-Kabupaten HSU dan Balangan itu dilaksanakan untuk membangkitkan lagi kesenian tradisional Kalimantan yang kini mulai punah. Ada 56 peserta dari 26 perguruan yang ikut ambil bagian dalam pertandingan itu.

"Seni beladiri tradisional itu milik kita. Siapa lagi yang melstarikan jika tidak kita," kata ketua pelaksana pagelaran seni beladiri kuntaw, Said Fahrurazi.

Agar tidak punah, Forum Komunikasi Agung (FKA) Amuntai, meminta izin kepada Polres HSU mendirikan perguruan kuntaw. Kini ada 18 perguruan kuntaw yang mendapatkan izin dari Polres setempat.

Ketua FKA A Suldeni menambahkan, FKA juga membentuk Ikatan Pencak Silat Aliran Kuntaw (IPAK), Februari 2009. Melalui IPAK, Sildeni berharap peminat kuntaw bangkit dan diminati generasi muda.

Diakuinya, regenerasi kuntaw sangat kurang, bahkan yang tampil pada pagelaran rata-rata orang tua dan lanjut usia, sehingga perlu regenerasi yang serius agar kesenian itu tidak punah.


http:/ /www.banjarmasin post.co.id/ read/artikel/ 14666/lestarikan -kesenian- bakuntaw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar