PSTD SYAHBANDAR telah berdiri di SMAN 6 TANGERANG (sebelumnya bernama SMAN 5 TANGERANG) sejak 1996 yang mengkhususkan melatih para guru dan karyawan sekolah guna melindungi lingkungan sekolah dan para murid, karena pada tahun-tahun 90an masih sering terjadi tawuran. Beberapa diantara guru yang berlatih syahbandar kemudian menjadi pembina hingga kini seperti Pak Soetrisno, Bu Saarah, Pak Asikin, dan Pak Bob.
Tahun 1998, syahbandar mulai diajarkan kepada para siswa, dengan melihat bahwa remaja berumur 15 tahun dianggap telah mampu melindungi diri sendiri dan tentu telah mampu bertanggung jawab. Pada awalnya tidak ada batasan atau tidak ada ukuran pembelajaran, semua diajarkan. Baik tenaga dalam, kebatinan, mental dan fisik. Banyak pengalaman, kisah dan pelajaran yang menjadi cerita dari mulut ke mulut, bukan saja menjadi dongeng belaka tapi juga menjadi catatan perkembangan syahbandar ditangerang. Kemudian ditahun-tahun berikutnya sistem dalam syahbandar dibenahi, baik sistem organisasi maupun sistem pelatihan.
Tahun berikutnya, ketika sudah banyak senior yang tidak aktif. Syahbandar tetap bertahan dengan sistem yang ada. Tidak berubah tapi nyatanya gaya hidup anak-anak remaja yang perlahan berubah. Jika dulu banyak perempuan yang berlatih silat, perlahan peminat silat dari kalangan perempuan menurun drastis. Jika dulu banyak anak laki-laki yang senang mengolah tubuh dengan berolahraga tapi kemudian banyak yang lebih betah berlama-lama main game dirumah.
Saya (Dolly, perempuan, bergabung tahun 2003) merasakan banyak perubahan ketika angkatan saya berlatih dengan angkatan-angkatan muda kemudian. Jika angkatan saya dulu berlatih dengan sangat keras dan tetap datang berlatih ketika hanya latihan fisik yang dijalani tapi angkatan sesudahnya malah tidak lagi terdengar kabar. Jika angkatan saya suka membicarakan soal silat dan kehebatannya maka yang lain membicarakan soal chatting atau fasion. Pada awalnya pun saya ikut karena ada teman yang
dikenal ikut latihan juga, beberapa kali kemudian dia mengundurkan diri, saya sendiri sempat merasa bimbang melanjutkan atau tidak. Apalagi ketika tahun saya bergabung, terkuaklah kasus-kasus kekerasan pada siswa-siswa di tingkat SMA dan perguruan tinggi. Tapi saya memutuskan untuk melanjutkan dan lebih banyak berlatih dengan partner laki-laki. Banyak juga diangkatan saya yang mengundurkan diri dari 150anak tersisa 35anak.
2004-2006 saya mulai belajar melatih, pada awalnya hanya melatih pemanasan dan fisik (biar fisik saya sendiri kurang bagus), kemudian belajar jadi motivator agar rekan-rekan muda tetap bertahan latihan silat dan hal lainnya. Pada tahun kelulusan tersisa 30orang yang kemudian hanya bertahan 5orang. Yang kemudian tersisa 3 orang hingga saat ini.
Tahun 2008 saya mendapat kesempatan melatih satu angkatan baru. Melatih dengan metoda saya sendiri, santai dan tidak terlalu banyak porsi latihan, tapi apa yang terjadi, ketika kenaikan tingkat kemampuan dibawah rata-rata dari angkatan sebelumnya. Banyak saya menerima masukan dan omelan, bukan menyerah saya justru kembali belajar. Tahun berikutnya, 2009, saya kembali merubah metoda latihan, 30% fisik, 20% teknik silat (saya belum menguasai banyak) 50% jurus dan ban-banan. Hasilnya? Hanya naik sedikit dari tahun sebelumnya.
Akhir tahun 2009-2010 saya kembali belajar teknik disela-sela melatih, mulai dari membaca buku, melihat video-video silat, mendalami lagi jurus-jurus sampai membedahnya menjadi satuan-satuan kecil. Meminta penjelasan sedetail mungkin, mengingatnya dan mencatatnya mengikuti jadwal tambahan dan menyempatkan diri datang ke cabang latihan lain. Senior saya sendiri belajar seni silat seperti tepak tiga, dan mulai belajar silat tanding yang kemudian diajarkan sebagai materi latihan tambahan tidak wajib.
Tahun 2010-2012, materi silat tanding dan seni silat mulai diajarkan, walau tidak diuji, tapi menjadi tolak ukur pelatih dalam mengembangkan syahbandar. Teknik dasar pun ditambahkan dengan gerakan-gerakan dasar pukulan, yang tentunya dipakai dalam gerak radikal dan jurus. Teknik kuda-kuda juga menjadi lebih beragam, teknik melangkah dan teknik lainnya mulai diajarkan perlahan dan menambah pengetahuan pelatih dan anggota lainnya. Hasilnya meninggalkan senior-senior yang bisa dipercaya melatih dicabang baru.
Pertambahan teknik-teknik tersebut berbanding terbalik dengan pertambahan anggota-anggotanya. Anggota sedikit sekali sehingga kadang terlihat lucu ketika latihan karena yang datang kebih banyak senior dan pelatihnya. Pada tahun-tahun itu juga dibuka beberapa cabang latihan. Tetap dijalankan biarpun anggotanya sedikit.
Tahun 2013 telah banyak pembicaraan mengenai mau kemana syahbandar melangkah. Tetapkan sebagai silat semi tradisional ataukan berubah menjadi silat yang lebih modern seutuhnya? Pembicaan tersebut masih belum mendapat jalan dan arah. Yang para pelatih lakukan hanya melatih dengan materi yang ada. Fisik, teknik dasar tendangan dan pukulan, radikal dan jurus. Kemudian percobaan beberapa anggota mengikuti pertanding, ternyata hasilnya tidak terlalu mengecewakan.
Tahun 2015 saya sendiri melatih di SMAN 6 Tangerang, sesekali didamping beberapa senior. Teman seangkatan saya dan beberapa rekan sabuk biru melatih di cabang lain. Dengan materi pelatihan dimulai dari pemanasan disambung teknik dasar hingga jam istirahat, kemudian dilanjutkan dengan jurus dan radikal. Hasilnya tidak terlalu buruk, fisik mereka terjaga, teknik juga cukup bagus dan jurus syahbandar tetap bisa diprioritaskan. Ditahun ini juga dewan yang memimpin syahbandar mengijinkan pra pelatih mengajarkan teknik pertandingan tanpa mengurangi teknik khas syahbandar.
Bisa dibayangkan untuk merubah arah saja dibutuhkan waktu bertahun-tahun, dengan saling bertukar pikiran, pengetahuan, teknik dan berkorban waktu, tenaga dan materi. Seperti jalan menanjak yang licin, harus berhati-hati, perlahan dan sabar. Ya itu jalan menanjak menuju perubahan.
Semoga setiap perubahan di syahbandar tidak menghilangkan keaslian, ke-khas-an, dan menjaga keberadaan syahbandar hingga masa tidak ditentukan.
Salam syahbandar!!
Tambahan :
Senior saya bertanya soal emas dalam tumpukan sampah, apakah itu berharga atau tidak? Apakah itu layak diperjuangkan atau tidak? Jawab saya, emas tetap emas dimana pun dia berada, di dalam tanah, ditempat sampah sekalipun, tapi butuh perjuangan yang keras dan tekad yang bulat, mau menggali tanah atau menghanguskan sampah atau hanya mau memandang dari luar.
Terima kasih atas ilmu dan sarannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar