Rabu, 17 Juni 2009

Sirkuit Antar-Perguruan Se-Jabar

Pesilat PPLP Jabar Mendominasi
PAJAJARAN,(GM) -
Pesilat dari Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Jabar mendominasi putaran pertama Sirkuit Silat Antar-Perguruan se-Jabar yang berlangsung di GOR Tri Lomba Juang, Jln. Pajajaran Bandung, Minggu (14/6). Dari delapan kelas yang dipertandingkan, lima kelas dikuasai pesilat asal PPLP Jabar.

Pesilat PPLP Jabar yang berhasil menjadi juara pada putaran pertama sirkuit silat ini, yaitu Andri (kelas A putra), Anggrian (kelas B putra), M. Alan Muchidin (kelas E putra), Cahyariani (kelas A puti), dan Wewey Wita (kelas C putri).

Sedangkan kelas C putra dimenangkan Agung dari Perguruan Silat Tadjimalela; kelas D putra, Abdurrauf yang menjadi pesilat terbaik; dan di kelas B putri dimenangkan Dewi Kurniasih (Satria Muda Indonesia).

Sirkuit silat antarperguruan ini diikuti 81 pesilat dari 10 perguruan silat yang ada di Jabar, di antaranya Perisai Diri, Betako, Merpati Putih, Tadjimalela, Satria Muda Indonesia, Riksa Budi Kiwari, Pajajaran Nasional, Bina Suci, Persinas Asad, dan PPLP Jabar.

Menurut Ketua II Bidang Teknik Pengda Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) Jabar, Maryatno didampingi Ketua Pelaksana Sirkuit Silat Antar-Perguruan se-Jabar, Ferry Hendarsin, sirkuit silat ini baru dilakukan kali ini. Rencananya akan menjadi agenda tahunan IPSI Jabar. "Kita baru pertama mengadakan sirkuit silat dan ini merupakan putaran pertama. Rencananya akan berlangsung hingga tiga kali putaran. Putaran kedua bulan Agustus di Soreang Kab. Bandung, dilanjutkan putaran ketiga bulan Oktober di Kab. Bekasi," jelasnya.

Tujuannya, menurut Maryatno, untuk pembinaan atlet silat di Jabar. Selain menambah jam terbang para pesilat Jabar. Pasalnya selama ini prestasi pesilat Jabar mengalami penurunan akibat kurangnya kompetisi.

"Sejak PON kemarin, prestasi pesilat kita menurun. Setelah dianalisis, ternyata pesilat kita kurang jam terbang karena kurang dalam adu kompetisi. Sehingga sirkuit ini mudah-mudahan bisa meningkatkan prestasi pesilat kita, terutama pada kejuaraan nasional," katanya.

Penurunan prestasi pesilat Jabar dialami sejak PON Kaltim, di mana pesilat Jabar hanya mampu menyumbangkan 1 medali emas, 1 perak, dan 4 perunggu. Padahal sebelumnya pada PON di Palembang, pesilat Jabar mampu menyumbang 2 medali emas, 2 perak, dan 3 perunggu.


http://www.klik- galamedia. com/indexnews. php?wartakode= 20090615182250& idkolom=olahraga

Rabu, 03 Juni 2009

Silat Tiga Berantai - Ahli Waris Ilmu Pangeran Jayakarta

Silat Tiga Berantai - Ahli Waris Ilmu Pangeran Jayakarta


Oleh : AMAL IHSAN
Tiga Berantai terdiri atas tiga aliran besar ilmu silat: Si Macan, Si Tembak, dan Si Karet.

Pada 1580-an hingga 1619, Jakarta dipimpin seorang adipati bernama Pangeran Jayakarta Wijayakrama. Konon istana sang pangeran terletak di Jakarta Utara, yang kini dinamai Jalan Pangeran Jayakarta di wilayah Mangga Dua.

Sang pangeran mewarisi kekuasaan atas Jakarta dari ayahnya, Pangeran Tubagus Angke, menantu Sultan Maulana Hasanuddin, penguasa Banten yang merupakan putra Sunan Gunung Jati.

Tubagus Angke, yang namanya diabadikan sebagai jalan di wilayah Jelambar, Penjaringan, Jakarta Utara, memerintah Jakarta dari 1552 sampai 1580-an.

Ketika Pangeran Jayakarta berkuasa, armada Maskapai Perdagangan Belanda (VOC) menyerang pada Mei 1619. Pangeran Jayakarta bertahan habis-habisan dari serangan tentara VOC pimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen.

Pertempuran sengit terjadi, pasukan Jayakarta pun terdesak. Belanda mengepung dari arah Senen, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan Tanjung Priok.

Karena terjepit, Pangeran Jayakarta dan pasukannya bergerak mundur ke timur hingga daerah Sunter, lalu ke selatan. Sambil terus bergerak ke selatan, ketika itu Pangeran Jayakarta membuang jubahnya ke sebuah sumur tua.

Mengira Pangeran Jayakarta telah tewas di dalam sumur tua itu, Pasukan Belanda menghentikan pengejaran dan menimbun sumur tersebut dengan tanah. Belanda mengira Pangeran Jayakarta sudah mati. Setelah Jayakarta dikuasai Belanda, Gubernur Jenderal Coen mengubah nama Jakarta menjadi Batavia.

Pangeran Jayakarta dan sisa pengikutnya meneruskan perjalanan dan bertahan di hutan jati di tenggara Jakarta. Wilayah itu kelak disebut Jatinegara, yang bermakna negara atau pemerintahan di hutan jati atau bisa juga diartikan pemerintahan (Jakarta) yang sejati.

Makam Pangeran Jayakarta di Jatinegara kini bisa dikunjungi siapa saja. Lokasinya pun relatif mudah ditemukan dan dicapai. Padahal tempat peristirahatan terakhir bangsawan Banten itu selama lebih dari tiga abad dirahasiakan oleh anak-cucunya.

Di wilayah ini pula Pangeran Jayakarta terus menggalang kekuatan untuk melawan Belanda. Ia menyamar sebagai rakyat jelata dan terus bergerilya hingga akhir hayat. Anak keturunannya terus hidup dan menyembunyikan identitas.
Salah satu ciri keturunan Pangeran Jayakarta adalah bernama depan Ateng, yang sebenarnya berarti raden. Tidak hanya nama yang diwariskan, tapi juga permainan pencak silat. Salah satu ahli warisnya adalah Haji Ateng Abdulrahim (1885-1970).

Ateng Abdulrahim, yang setelah menunaikan ibadah haji dipanggil H Ibrahim, pada masanya dikenal jago Mester, Jatinegara. Ia belajar ilmu silat dari sang ayah, Ateng Abdul Hamid, dan pamannya, Ateng Arwah, serta Ateng Damis. Ia juga belajar banyak dari guru silat lainnya, seperti Ki Asnawi dan H Solihin.


Ibrahim lalu mewariskan ilmu silatnya kepada muridnya, H Ahmad Bunawar dan H Deddy Setiadi. Keduanya mendirikan perguruan pencak silat Tiga Berantai pada 1975. Ini untuk mewadahi ilmu yang diwariskan guru-guru kami, kata H Ahmad Bunawar, yang biasa dipanggil H Mamak.

Menurut dia, nama perguruan disebut Tiga Berantai karena ada tiga aliran besar ilmu silat yang diajarkan, yakni Si Macan, Si Tembak, dan Si Karet.

Si Macan adalah ilmu silat yang dimiliki dan diwariskan Pangeran Jayakarta. Cirinya adalah serangan cakar jari tangan dengan landasan tenaga dalam yang kuat. Dalam pertarungan, cakar digunakan untuk menyerang titik lemah musuh, seperti mata dan tenggorokan.

Jari-jari yang sudah dilandasi tenaga dalam bisa sangat mudah merobek kulit musuh, kata Ahmad.

Adapun Si Tembak adalah ilmu silat yang diwariskan Pangeran Sugiri, kerabat Pangeran Jayakarta. Ciri khasnya adalah menggunakan pukulan telapak kedua belah tangan dengan posisi tubuh yang tegap dan kuda-kuda yang kuat.

Pukulan telapak yang terbuka serta dialiri tenaga dalam itu dilakukan dengan cepat dan berkali-kali dengan kedua lengan lengan saling memukul sehingga menimbulkan bunyi.

Yang ketiga adalah Si Karet, ilmu silat yang merupakan penggabungan dari berbagai aliran. Karakter gerakannya cepat dan keras serta memiliki variasi serangan dan gerak yang beragam. Aliran yang membentuknya, antara lain, aliran Kebon Manggis dari H Solihin, Cikaret dari Jawa Barat, aliran Mak Inem Pengasinan dari Karawang, dan Serak dari Pak Muhin di Tenabang.

Selain itu, digabung juga aliran silat Si Sabar dari Kebon Sirih dan Giek Sao dari Cina Utara. Si Sabar adalah ilmu yang diajarkan kakek saya, Engkong Musa, dan Giek Sao diajarkan ayah saya, H Muhasim, kata Ahmad.

Dengan warisan aliran silat yang begitu kaya, tidak mengherankan jika Tiga Berantai menjadi perguruan silat yang cukup disegani. Tiga Berantai, yang juga salah satu perguruan pendiri Ikatan Pencak Silat Indonesia, sering kali menguasai turnamen pencak silat dalam dan luar negeri serta telah mencetak banyak juara.

Juara nasional kategori seni dari Tiga Berantai, seperti Eko Wahyudi dan Uwes Qorni, sering kali mendapat undangan untuk pentas dan hadir di ajang atau event silat internasional yang diselenggarakan Persekutuan Silat Antar-Bangsa.

Kite ude jadi langganan tampil, kata Ahmad dengan bangga. Tiga Berantai juga merupakan angota Persatuan Pencak Silat Putra Betawi, yang merupakan wadah organisasi perguruan silat Betawi yang ada di Jakarta.

www.silatindonesia.com
Post By core01
Friday, August 10, 2007 03:41:11 Clicks: 5130 Send to a friend Print Version
Ahli Waris Ilmu Pangeran Jayakarta

Selasa, 02 Juni 2009

DOKUMENTASI KENAIKAN SABUK DI PUSPITEK

Baru dapet dokumntesinya sekarang, maaf yah teman-temanku...


















Bu Saarah, Babe/pak Beton, pak Asikin a Adjie, a Herry, a Musa, Yulius, Arif, Temmy

foto yang lain ada di album sb,,oke,,oke,,,